Selasa, 10 Desember 2013

Laporan Kunjungan Observasi SMK Tritech Informatika

Kelompok 4 :

Cinthya Merdekawaty        101301111


BAB I

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Sekolah

1.      Nama                            : SMK Tritech Informatika
2.      Alamat                          : Jln. Bhayangkara No. 522 CDE, Medan
3.      Tanggal Penetapan       : 6 Agustus 2010
     4.      Bidang Keahlian             : Teknik Informasi dan Komunikasi
5.      Program Keahlian         : Teknik Komputer dan Informatika
6.      Kompetensi Keahlian   : TKJ – Multimedia - RPL
7.      Telepon/faximile          : 061 – 6635991 / 061 – 6641576
8.      Email                            : smktritech@gmail.com
9.      Website                        : http://www.tritech.sch.id
 
B.  Data Observer

1.      Observer 1        :
Nama   : Zuhrati Desiana
NIM    : 101301069
Status  : Mahasiswa

2.      Observer 2        :
Nama   : Nabila Adani
NIM    : 101301073
Status  : Mahasiswa

3.      Observer 3        :
Nama   : Cinthya Merdekawaty
NIM    : 101301111
Status  : Mahasiswa

C.  Kondisi Fisik Kelas

Kelas X-TKJ
1.        Kelas berukuran kurang lebih 5 m x 6 m.
2.        Siswa duduk berpasangan dengan dua meja yang digabungkan menjadi satu sehingga tampak berukuran sekitar 1 m x 0,5 m.
3.        Posisi duduk siswa berbaris lurus ke belakang dengan membentuk tiga barisan.
4.        Posisi guru berada di sudut kiri ruang kelas.
5.        Terdapat satu buah papan tulis yang dilapisi kaca, satu AC, satu kipas angin, satu TV LCD, beberapa lampu, dan beberapa foto pahlawan Indonesia.
6.        Pintu kelas terbuat dari kaca transparan.

D.  Hasil Observasi

1.        Tempat Observasi : Kelas X-TKJ SMK Tritech Informatika Medan
2.         Waktu Observasi : Senin, 18 Nopember 2013
        Pukul 11.15-12.00 WIB

      Observasi dilakukan selama 45 menit ketika mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sedang berlangsung. Observasi dilakukan di kelas X-TKJ. Media pembelajaran yang digunakan siswa antara lain laptop, buku, dan alat tulis. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh guru antara lain laptop, buku, TV LCD (sarana dalam menyajikan materi/ slide dari laptop), dan papan tulis.
 
      Kelas berukuran kurang lebih 5 m x 6 m berisi 28 orang siswa dan satu orang guru. Siswa duduk berpasangan dengan dua meja yang digabungkan menjadi satu sehingga tampak berukuran sekitar 1 m x 0,5 m. Posisi duduk siswa berbaris lurus ke belakang dengan membentuk tiga barisan. Sedangkan posisi guru berada di sudut kiri ruang kelas. Di samping kanan meja guru terdapat sebuah papan tulis yang dilapisi kaca. Di ruang kelas juga terdapat satu AC, satu kipas angin, satu TV LCD, dan beberapa foto pahlawan Indonesia. Pintu kelas terbuat dari kaca sehingga keadaan luar kelas dapat langsung dilihat dari dalam kelas, begitu juga sebaliknya.

      Kipas angin yang ada di dalam kelas tidak menyala, namun AC yang ada di sudut ruang kelas menyala dengan temperatur sekitar 26 derajat celcius. Ketika proses pembelajaran terjadi, beberapa siswa aktif mengikuti dan beberapa yang lain hanya diam. Beberapa siswa menggunakan media laptop untuk membuka bahan materi yang saat itu sedang dipelajari, sedangkan beberapa yang lain hanya menggunakan buku cetak, dan ada yang tidak menggunakan apa-apa. Dalam memberikan materi, guru menggunakan slide power point untuk menyajikan materi. Tetapi pada saat observasi berlangsung, TV LCD tidak dapat dinyalakan sehingga materi guru tidak dapat ditayangkan. Meskipun demikian, beberapa siswa yang menyalakan laptop dapat melihat slide mengenai materi yang diajarkan dari laptopnya masing-masing.


BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN


A.  Landasan Teori

1. Peran Media dalam Pembelajaran

            Di dalam teori ini disebutkan bahwa istilah media biasanya diasosiasikan dengan proses pembelajaran yang dibantu dengan komputer, televisi pembelajaran, rekaman video, dan CD/DVD, dan sistem penyampaian mekanismenya. Namun menurut Gagne (Gredler, 2011, h. 204), media pembelajaran juga mencakup suara guru, teks tertulis, dan objek riil. Peran media dalam pembelajaran dapat menjadi kurang efisien karena dua hal :

a.       Riset tentang pemanfaatan media mengidentifikasikan tidak ada satu medium yang secara universal lebih unggul daripada medium lain untuk setiap tipe hasil belajar bagi semua pemelajar. Karena itu, memilih perangkat lunak komputer atau medium lain secara arbitrer untuk suatu pelajaran sama artinya mengabaikan faktor – faktor seperti karakteristik pemelajar dan variabel tugas yang dapat mempengaruhi efektivitas  sistem penyampaian tertentu.

b.      Pemilihan media secara arbitrer dapat menyebabkan pengabaian kegiatan pembelajaran penting. Misalnya film atau rekaman audio, mungkin dapat menyajikan materi namun tidak memuat peristiwa pembelajaran seperti penyediaan pedoman belajar atau jeda waktu untuk memberi kesempatan pemelajar memberi respon dan tanggapan. Juga dengan sedikit pengecualian, banyak materi komputer yang dikembangkan untuk kelas di sekolah umum tidak memadai dalam memberikan contoh – contoh pembelajaran.

2. Teori Pemrosesan Informasi

            Teori pemrosesan informasi (Gredler, 2011, h. 227) membahas langkah-langkah dasar yang diambil individu untuk memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi. Teori ini berbeda dari teori proses belajar lain (seperti stimulus-respon Skinner dan kondisi belajar Gagne) dalam dua hal. Pertama, pemrosesan informasi bukan konseptualisasi dari seorang teoretisi saja. Karenanya, ada banyak macam deskripsi tentang cara memori jangka panjang menyimpan informasi. Kedua, karena dasar dari teori ini adalah pemrosesan informasi dan bukan belajar, teori ini tidak dapat menspesifikasikan hasil belajar. Studi kognisi dasar yang berbeda menilai aktivitas yang berbeda, dari mempelajari kosakata baru sampai belajar cara meringkas informasi. Meskipun demikian, periset yang mengadopsi perspektif kognitif sama – sama berasumsi bahwa individu mengubah banyak informasi yang diterima indera mereka dari lingkungan menjadi sandi memori yang disimpan untuk penggunaan di waktu yang akan datang. Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi yang akan dipelajari, pengetahuan sebelumnya yang sudah dikuasai, dan proses yang melibatkan pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil kembali informasi.

3. Teori Stimulus-Respon Skinner

Skinner secara spesifik mendefinisikan belajar merupakan perubahan perilaku. Karena kemungkinan perilaku itu sulit diukur, maka yang diukur lebih dahulu adalah rata – rata atau frekuensi respons. Ini adalah langkah awal dalam analisis perubahan perilaku. Selain itu, rata- rata respons berlaku untuk berbagai macam perilaku, mulai dari gerakan merpati di laboratorium sampai respon siswa di kelas. Istilah dalam proses perubahan perilaku menurut Skinner antara lain adalah stimulus, respon, reinforcement, dan punishment.

4. Asumsi Tentang Desain Pembelajaran Gagne

Asumsi Gagne tentang pembelajaran di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Belajar dapat terjadi baik karena ada maupun tidak adanya kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, masing – masing tahapan belajar yang diidentifikasi oleh Gagne mungkin dipengaruhi oleh kejadian di luar diri si pemelajar.   Fokus dalam prinsip Gagne adalah pada pembelajaran bukan sekadar pembelajaran sederhana. Terdapat lima asumsi yang mendukung rekomendasi Gagne untuk desain pembelajaran, yaitu :

a.       Pembelajaran harus dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa individual.
b.      Baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran.
c.       Perencanaan pembelajaran tidak boleh sekadar memberikan lingkungan yang mengasuh.
d.      Pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan sistem.
e.       Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar.

 
5. Teori Indoor Climate

       a. Thermoregulation in man: Control Processes

Dijelaskan bahwa pusat panas yang terletak pada bagian otak yang mengatur aliran darah melalui pembuluh-pembuluh kulit seperti misalnya keluarnya keringat. Mekanisme antar kedua hal tersebut diatas akan mengatur keseimbangan panas di dalam tubuh tergantung dari kondisi luar dan dalam tubuh.

Sel-sel syaraf dari pusat pengendali panas menerima informasi tentang temperatur yang melalui tubuh.Kadang-kadang secara langsung maupun dari syaraf sensitif panas yang ada pada kulit. Selanjutnya pusat pengendali panas mengirim impuls yang diperlukan untuk pengendalian mekanisme pengaturan untuk menjaga agar temperatur inti tetap konstan. Lebih jauh impulse akan mengendalikan produksi panas dalam tubuh, sistem sirkulasi panas, dan panas yang hilang dengan keluarnya keringat. Hal itulah yang disebut sebagai “proses pengaturan panas”.

b. Comfort: Side Effects of Comfort

            Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang sesuai pada tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angkan kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang lebih sedikit.

B.  Pembahasan

            SMK Tritech Informatika adalah sekolah menengah kejuruan yang menggunakan pembelajarannya berdasarkan teknologi. Dalam setiap proses pembelajaran, sekolah ini menerapkan media-media teknologi sebagai pendukung, yang digunakan oleh guru dan murid. Penggunaan media dalam mendukung pembelajarannya sangatlah bagus, tetapi tidak terlepas dari kelemahan yang mengikuti. Kelemahan penggunaan media seperti misalnya menjadi tidak terperhatikannya karakteristik-karakteristik yang dimiliki masing-masing siswa karena fokus terletak pada pengembangan media. Selain itu, pemilihan media seperti menonton film juga dapar menyebabkan pengabaian kegiatan pembelajaran penting seperti kesempatan siswa untuk merespon materi belajar yang sedang berlangsung karena fokus hanya menonton film (Gredler, 2011, h. 204).

            Berikut penjarabaran analisa proses belajar yang terjadi di SMK Tritech Informatika berdasarkan beberapa teori belajar :

1.      Teori Pemrosesan Informasi

            Sebagaimana yang dapat diamati, setiap anak pada dasarnya memiliki laptop masing-masing saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Nah, dengan demikian pastilah di laptop masing-masing mereka sudah mempunyai bahan berupa slide mengenai materi yang akan dipelajari mereka di kelas. Jadi informasi yang akan mereka pelajari sebenarnya sudah diorganisasikan terlebih dahulu dari slide-slide pelajaran yang dipisahkan tiap materinya. Contohnya pada pelajaran agama (mata pelajaran yang sedang berlangsung saat kelompok melakukan observasi), sebelum para siswa masuk kelas, baik yang sudah membaca maupun yang belum membaca materi slide, pastinya terdapat beberapa pengetahuan yang sudah mereka ketahui sebelumnya yang membuat proses belajar di kelas menjadi lebih mudah. Misalnya tentang pengetahuan bahwa anjing merupakan binatang yang yang dikategorikan najis sehingga jika kita memakan daging anjing atau bahan makanan yang mengandung anjing, baik sedikit atau banyak, tetap saja hukumnya adalah haram. Tanpa dijelaskan lagi oleh guru atau tanpa membaca slide, mereka sudah mendapatkan pengetahuan tersebut di jenjang pendidikan sebelumnya.

            Maka, dengan bermodalkan materi slide yang sudah dimiliki oleh para siswa serta pengetahuan yang mungkin sudah pernah mereka ketahui sebelumnya, jadi informasi yang disampaikan oleh guru saat proses belajar mengajar di kelas menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Apalagi dengan metode mengajar yang dipakai yaitu diskusi, disela guru menjelaskan, guru akan beberapa kali memberi stimulus berupa pertanyaan yang umum, maka siswa merespon dengan baik dan membuat mereka lebih memahami materi yang disampaikan dengan cara yang lebih mudah. Dan karena tidak semata-mata hanya satu arah saja namun guru juga mengajak para siswa ikut merespon atau mengutarakan pendapat.  Berdasarkan pemahaman yang siswa miliki dan juga informasi tambahan dari guru, para siswa harusnya menjadi lebih paham dan mengerti tentang informasi baru yang berkesinambungan dari pengetahuan mereka sebelumnya. Sehingga belajar akan terasa lebih menyenangkan karena semua berkesempatan untuk menyumbangkan argumen dan pendapat itu diterima guru dengan baik dan tidak ada yang dibantah langsung. Kalaupun ada yang kurang tepat membenarkan atau memberi penjelasan kembali.


2.      Teori Stimulus-Respon Skinner

            Ketika menganalisa apa yang terjadi ketika siswa mengikuti pelajaran dapat dianalisis melalui teori pemrosesan informasi seperti yang telah dijabarkan di atas. Karena dasar dari teori tersebut adalah pemrosesan informasi dan bukan belajar (Gredler, 2011, h. 227).  Jadi, ketika hendak menganalisis proses belajar yang terjadi ketika siswa mengikuti pelajaran, salah satunya dapat melalui teori stimulus-respon.

            Teori ini adalah teori dasar yang menganalisa proses belajar yang dilakukan manusia, begitu juga pada siswa observee. Salah satu teori stimulus-respon yang dapat digunakan adalah teori belajar dari Skinner. Salah satu asumsi dasar teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi (Gredler, 2011, h. 119). Asumsi ini sesuai dengan yang terjadi pada kelas, misalnya ketika salah satu siswa mulai menjawab apa yang ditanyakan oleh guru, jawaban-jawaban lain akan ikut bermunculan. Hal ini menggambarkan bahwa jawaban yang muncul dari salah satu siswa tadi merupakan perubahan yang terjadi pada kondisi kelas yang kemudian menjadi stimulus untuk siswa-siswa lain untuk menjawab juga.

            Konsep dari teori ini yang juga sangat dasar adalah konsep reinforcement (penguatan). Reinforcement diberikan ketika stimulus yang diberikan menghasilkan respon yang diinginkan. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan respon yang sesuai tersebut agar terus muncul. Konsep ini juga dilakukan oleh guru selama proses belajar berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat ketika ada siswa yang menjawab atau bertanya, guru akan langsung merespon atau menjawab pertanyaan dari siswa. Respon yang diberikan guru kembali menjadi reinforcement positif bagi siswa untuk terus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan adanya respon terhadap jawaban yang ia berikan, siswa akan merasa kalau ia diperhatikan dan diikutsertakan pada proses pembelajaran sehingga hal itu menjadi reinforcement positif untuknya.


 
3.      Asumsi Tentang Desain Pembelajaran Gagne

Fokus dalam prinsip Gagne adalah pada pembelajaran yang menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Gagne memiliki beberapa asumsi mengenai desain pembelajaran yang dapat mempengaruhi proses belajar setiap anak.

Menurut Gagne, pembelajaran harus didesain untuk siswa perorangan sebab belajar terjadi di dalam diri masing-masing individu. Meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran, belajar tetap terjadi secara individual. Dengan memiliki laptop sendiri dan setiap siswa mempunyai materi pelajaran, maka siswa dapat belajar secara individual dengan mempelajari materi yang ada di laptop masing-masing.

            Desain pembelajaran juga harus dibuat atau dirancang untuk memperkirakan tahapan jangka panjang maupun menengah. Guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran harian, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas, dan harus serasi. Saat proses obsevasi berlangsung hingga selesai, kelompok tidak melihat adanya tahapan yang terlalu jelas tentang desain pembelajaran. Hal ini terlihat dari tidak adanya pematokan waktu atau pembagian waktu dalam menjelaskan tiap sub materi sehingga penjelasan berjalan tanpa adanya patokan waktu yang sudah disesuaikan dalam desain pembelajaran. Jadi ada materi yang hanya dibahas sebentar saja dan ada juga yang dibahas dalam waktu yang cukup lama. Serta tidak adanya pembagian tahap untuk latihan maupun tugas di rumah.

            Selain itu, desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar. Hal ini dikarenakan data dari hasil riset dan uji coba pembelajaran dapat memberi informasi mengenai hal-hal apa yang berhasil dikerjakan. Dalam proses belajar mengajar, guru menyampaikan materi dengan cara ceramah maupun menjelaskan menggunakan papan tulis dan memakai bahasa yang mudah dimengerti, sehingga siswa dapat memahami materi tersebut.


4.      Teori Indoor Climate

Berdasarkan hasil observasi kelompok, AC yang ada di kelas bertemperatur sekitar 26 derajat celcius serta kipas angin tidak menyala sehingga membuat kelas terasa panas dan pengap. Dengan kondisi kelas yang pengap dikarenakan AC yang bertemperatur cukup tinggi sedangkan di dalam kelas terdapat 28 orang siswa ditambah satu orang guru, membuat suhu menjadi panas. Suhu yang panas tersebut dapat membuat orang-orang yang berada di dalam kelas berkeringat.

Hal ini sesuai dengan pembahasan pada teori ergonomi mengenai control processes, mekanisme pengendalian proses yang melalui tubuh manusia amat penting untuk menjaga agar temperatur inti selalu tetap konstan. Pusat panas yang terletak pada bagian otak yang mengatur aliran darah melalui pembuluh-pembuluh kulit seperti misalnya keluarnya keringat. Mekanisme antar kedua hal tersebut di atas akan mengatur keseimbangan panas di dalam tubuh tergantung dari kondisi luar dan dalam tubuh. Keringat yang keluar terus menerus ditambah suhu ruangan yang cukup panas dapat mengakibatkan kondisi kelas menjadi tidak nyaman.

            Di samping itu, berdasarkan teori ergonomi yaitu side effects of discomfort, ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang sesuai pada tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angkan kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang lebih sedikit.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.  Kesimpulan

·         SMK TRITECH memiliki kelas yang berukuran 5 m x 6 m dengan 28 siswa dan satu guru. Setiap siswa memiliki laptop sendiri, dalam memberikan materi, guru menggunakan slide power point untuk menyajikan materi.

·         Guru menggunakan metode mengajar dengan diskusi, di mana saat guru menjelaskan materi, guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa agar siswa ikut merespon atau mengutarakan pendapat sehingga proses belajar tidak hanya satu arah.

·         Salah satu asumsi teori belajar Skinner menyatakan bahwa perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi. Asumsi ini sesuai dengan yang terjadi di dalam kelas dimana ketika salah satu siswa menjawab pertanyaan guru maka akan muncul jawaban-jawaban lain. Hal ini menggambarkan bahwa jawaban yang muncul dari salah satu siswa tadi merupakan perubahan yang terjadi pada kondisi kelas yang kemudian menjadi stimulus untuk siswa-siwa lain untuk menjawab juga.

·         Guru memberikan reinforcement positif kepada siswanya, ketika siswa memberikan pertanyaan maka guru akan langsung menjawab pertanyaan siswa, sehingga respon yang diberikan guru kembali menjadi reinforcement positif bagi siswa untuk terus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. 

·         Berdasarkan asumsi dari desain pembelajaran Gagne, pembelajaran sudah dirancang untuk memfasilitasi siswa belajar individual. Dapat dilihat dari setiap siswa memiliki laptop dan setiap siswa memiliki materi pelajaran, sehingga siswa dapat mempelajari materi secara individual. Desain pembelajaran juga sudah didasarkan pada cara manusia belajar. Dapat dilihat pada proses belajar mengajar, guru menyampaikan materi dengan cara ceramah maupun menjelaskan menggunakan papan tulis dan memakai bahasa yang mudah dimengerti, sehingga siswa dapat memahami materi tersebut.

 
B.  Saran

·         SMK TRITECH dapat menambahkan pendingin ruangan, sehingga suhu kelas tidak panas.

·         Karena ada beberapa siswa yang tidak membuka laptop, dan tidak membuka materi pembelajaran. Sebaiknya guru yang mengajar di kelas tersebut dapat menegur siswanya agar mereka membuka  materi pembelajaran di laptopnya.

·         Sebaiknya guru memasukkan tahapan, baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah, dalam desain pembelajaran. Seperti, adanya patokan waktu dalam menjelaskan sub materi dan pemberian latihan di rumah.


DAFTAR PUSTAKA

Gredler, Margaret E. (2011). Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Singleton, W.T. (1989). The mind at work: Psychologycal ergonomics. University Press, Cambridge

http://www.tritech.sch.id/index.php. Diakses pada tanggal : 5 Desember 2013.



LAMPIRAN


 

 




 

Senin, 02 Desember 2013

“Perilaku yang Mempengaruhi Perilaku”


Teori belajar oleh Skinner merupakan teori yang sudah sangat umum dan dikenal dalam menjelaskan proses belajar yang dialami setiap individu. Teori belajar oleh Skinner ini dikenal sebagai operant conditioning. Ada beberapa komponen utama dalam membentuk suatu perilaku menurut teori ini, antara lain stimulus, respon, dan penguatan (reinforcement).

Hasil dari proses belajar menurut teori ini adalah individu diharapkan menghasilkan suatu respon jika dihadapkan dengan stimulus tertentu yang telah diberi penguatan. Hal ini dikarenakan prinsip dasar reinforcement adalah memperkuat respon yang muncul ketika dihadapkan pada suatu stimulus tertentu. Proses belajar dikatakan berhasil ketika respon yang diharapkan meningkat.

Proses belajar yang dilalui setiap individu tidak terlepas dari proses kognitifnya. Menurut Skinner, proses yang umumnya disebut sebagai “berpikir” sering diartikan sebagai berperilaku dengan cara tertentu dalam kaitannya dengan stimuli tertentu. Perilaku tertentu yang biasanya diidentifikasi dengan pemikiran harus dianalisis dan diajarkan. Oleh Skinner, perilaku seperti ini didefinisikan sebagai “perilaku yang memengaruhi perilaku”, akan merespon perubahan lingkungan sehingga respon yang efektif menjadi dimungkinkan. Jadi, proses kognitif yang terjadi seperti pemikiran dan analisis yang terjadi juga ikut serta memengaruhi perilaku atau respon apa yang akan muncul. (Gredler hal 153)

Jika teori tersebut dikaji dalam perilaku sehari-hari kita, tentu banyak yang dapat menggambarkan proses belajar seperti dalam teori ini terjadi, apalagi dalam proses belajar mengajar siswa di sekolah.

Dulu ketika belajar matematika di bangku sekolah, banyak terdapat rumus-rumus atau cara perhitungan yang digunakan sesuai masalah matematika yang hendak dipecahkan. Untuk memecahkan satu masalah matematika belum tentu memiliki cara yang sama untuk memecahkan masalah yang lainnya.

Soal-soal matematika tersebut merupakan sebuah stimulus yang kemudian diharapkan memunculkan respon berupa jawaban yang tepat. Jawaban yang tepat diperoleh melalui proses menjawab melalui cara-cara yang sesuai. Ketika saya berhasil menjawab soal tersebut dengan cara yang sesuai, maka saya mendapat nilai. Nilai tersebut merupakan bentuk dari reinforcement positif agar respon yang telah sesuai tersebut dapat meningkat dan terus muncul.

Ketika stimulus lain muncul di waktu selanjutnya, maka proses kognitif berupa pemikiran dan analisis terjadi pada saya. Saya mengingat bahwa saya pernah mengerjakan soal seperti ini dengan cara yang seperti apa, maka saya mengulanginya dengan cara yang pernah saya lakukan sebelumnya. Hal ini lah yang dapat menggambarkan salah satu konsep Skinner yaitu “ perilaku yang memengaruhi perilaku”.

 

Sumber : Gredler, Margaret.E. 2011. Learning and instruction, teori dan aplikasi Edisi 6. Jakarta: Kencana.

 

Minggu, 27 Oktober 2013

Testimoni UTS Psikologi Belajar

Salah satu mata kuliah yang saya ikuti pada semester 7 ini adalah Psikologi Belajar. Sekarang adalah masa Ujian Tengah Semester (UTS) dan proses UTS pada mata kuliah ini berbeda dengan ujian biasanya. Kali ini, untuk proses UTS mahasiswa dan dosen pengampu sepakat untuk menggunakan media teknologi email untuk melaksanakan UTS ini. Dosen pengampu memberi soal pertama secara serentak kepada semua peserta kuliah dan masing-masing peserta dapat menjawab soal tersebut dengan membalas email secara personal untuk bisa mendapat soal selanjutnya.

Model UTS seperti ini adalah hal yang baru bagi saya sehingga saya antusias untuk menjalankannya. Proses UTS seperti ini menyadarkan kita bahwa sangat penting untuk melek teknologi. Selain itu, sebagai pemelajar dimana selalu menjalani proses belajar setiap saat, begitu juga halnya dengan proses UTS ini. Ada proses belajar baik untuk peserta kuliah maupun dosen pengampu. Proses UTS kali ini dapat dijelaskan dengan beberapa teori belajar berikut.

Teori Gestalt
Saat email pertama dosen pengampu masuk dan saya membaca poin per poin instruksinya saya memahami proses UTS ini. Tetapi ternyata saya salah persepsi mengenai deadline untuk menjawab soal. Saya mengira deadline penyelesaian soal-soal di hari Sabtu adalah khusus untuk soal no 1 saja, tetapi ketika saya sharing dengan teman-teman yang lain barulah saya tau bahwa pemahaman saya salah. Dan ketika saya membaca ulang instruksi dari dosen pengampu, baru saya tersadar kalau saya memang salah paham. Jika dikaitkan dengan teori belajar, maka dapat dikaitkan dengan teori Gestat mengenai persepsi. Asumsi dasar teori Gestalt yang kedua menyatakan bahwa organisme merespon stimulus secara keseluruhan ketimbang secara spesifik. seperti saya, saya melihat instruksi (stimulus) dari dosen pengampu secara keseluruhan sehingga saya kurang memperhatikan instruksi tersebut secara spesifik dan mendetail. Akibatnya kesalahan persepsi mengenai informasi pada satu poin dari stimulus tersebut.
 
Teori Skinner
Selanjutnya, saat saya telah mengirimkan jawaban soal no 1, dan dosen pengampu telah membalasnya saya merasa senang karena ternyata untuk soal no 1 saya mendapat nilai sempurna. Jika hal ini dikaitkan dengan teori belajar, maka teori Skinner mengenai reinforcement dapat dikaitkan. Soal no 1 yang berupa stimulus coba saya respon dengan sebaik mungkin kemampuan saya, lalu ketika balasan dari dosen pengampu telah saya terima dengan pernyataan bahwa skor saya sempurna maka hal itu menjadi reinforcement positif untuk saya untuk terus menjawab soal-soal selanjutnya sebaik mungkin kemampuan saya.

Faktor-Faktor Esensial dalam Perkembangan Kognitif


            Piaget adalah salah satu tokoh psikologi yang menjelaskan tentang perkembangan kognitif seseorang. Menurutnya, ada faktor-faktor esensial dalam perkembangan kognitif seperti pada penjelasan halaman 327. Ada empat faktor yang diperlukan untuk transformasi perkembangan dari satu bentuk penalaran ke bentuk yang lain. faktor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbangan.

            Dalam kehidupan sehari-hari, keempat faktor esensial tersebut memang berperan dalam perkembangan kognitif kita. Kontak dengan lingkungan sosial merupakan hal penting. Ketika kita masih anak-anak, keputusan apa saja yang akan kita ambil selalu tidak terlepas dari ikut campur orang tua atau orang dewasa lainnya. Karena seorang anak belumlah memahami betul yang mana yang baik dan yang mana yang buruk baik untuk dirinya ataupun unutk orang lain. Dalam hal ini, faktor esensial lingkungan sosial berupa orang dewasa disekitarlah yang berperan. Tetapi, saat kita sudah dewasa dengan kematangan sistem saraf yang sudah berkembang, dalam mengambil keputusan tidak selalu bertanya pendapat orang lain. sebagai seorang yang dewasa diharapkan dapat mengambil keputusan yang baik. Kematangan akan membedakan yang baik dan yang buruk juga termasuk faktor esensial kematangan yang berperan disana. Perkembangan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda pada setiap orang tergantung pada sifat kontak anak dengan lingkungan dan aktivitasnya.